Tifa Tour Medan



ANALISIS JURNAL METODE DAKWAH DALAM AL QURAN (Telaah Terhadap Surah An-Nahl Ayat 125) Tifa Tour Medan

 

METODE DAKWAH DALAM ALQURAN

(Telaah Terhadap Surah An-Nahl Ayat 125)

 

A.     
Judul
Jurnal

METODE DAKWAH DALAM AL QURAN

(Telaah Terhadap Surah An-Nahl Ayat 125)

 

B.    
Penulis

Harles Anwar,
M.Si

Alumni Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin dan Magister
Ilmu Komunikasi Unitomo Surabaya, sekarang Dosen Tetap Ilmu Dakwah pada Jurusan
Dakwah IAIN Palangka Raya.

 

C.    
Dasar
Pemikiran

Al Quran Surah An-Nahl Ayat 125  

Artinya : Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

 

Dari ayat di atas ada
tiga prinsip atau landasan penting dalam metode penyampaian dakwah, yaitu :

1)      Hikmah (Perkataan
yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil)

2)      Mau’izhah hasanah
(pelajaran yang baik), dan

3)      Mujadalah (berdebat
dengan cara yang baik).

 

D.    
Hasil
Analisis

Salah
satu faktor yang menyebabkan keberhasilan suatu kegiatan dakwah adalah karena
menggunakan metode yang efektif. Metode ini adalah satu skema, satu rancangan
bekerja untuk  menyusun satu macam
masalah menjadi satu sistem pengetahuan.
Metode dalam bahasa Indonesia mempunyai makna suatu cara yang dapat di tempuh secara jelas untuk menacapai suatu tujuan,
rencana sistem, dan tata pikir manusia
. Sedangkan menurut KBBI metode berarti cara yang
teratur dan berpikir baik-baik untuk maksud ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Intinya cara kerja yang bersistem memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan.

 

Dakwah yakni berasal dari bahasa Arab yang artinya
adalah seruan, ajakan, dan undangan. Jadi, metode dakwah adalah cara-cara atau
jalan yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah
kepada mad’u untuk mencapa tujuan dengan dasar hikmah dan kasih sayang. Dakwah
yakni merupakan tugas utama umat Islam untuk menyampaikan materi-materi tentang
kebaikan.

 

Ibnu
Taimiyah menyatakan bahwa dakwah merupakan kewajiban secara (fardhu kifayah),
karena apabila sekelompok umat telah melaksanakan dakwah, maka kewajiban dakwah
sudah terlepas bagi kelompok umat yang ditambahkan oleh Muhammad Ghozali yang
juga menyatakan bahwa umat Islam saling membantu untuk tercapainya tujuan
dakwah.

 

Dalam perspektif agama, dakwah itu selalu menarik karena
tidak akan pernah kadaluwarsa, atau berakhir masa berlakunya. Proses
konfrontatif antara kebenaran melawan kebatilan terus berlangsung, begitu juga
kema’rufan melawan kemungkaran.

 

Pada prakteknya, nahi munkar jauh lebih sulit
dibandingkan dengan yang namanya amar ma’ruf. Karena nahi munkar selalu
mengundang kritik, bahkan kadang-kadang sangat keras, apalagi upaya dakwah
dengan ma’du.

Dengan demikian dalam perspektif yang lebih jauh, dakwah
merupakan gerakan simultan dalam berbagai bidang kehidupan untuk mengubah
status quo, demi kebahagiaan umat manusia.

Aktivitas
dakwah selalu berkaitan erat antara subyek dan obyek dakwah itu sendiri. Subyek
dakwah di sini adalah da’i yaitu seseorang sebagai pelaku dakwah atau
komunikator. Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan,
tulisan maupun perbuatan, individu, kelompok, organisasi atau lembaga. Da’i
sering disebut “muballigh” (orang yang menyampakan ajaran Islam). Seorang da’i
selaku subyek dakwah adalah unsur terpenting yang menduduki peranan strategis.

 

Sedangkan
obyek dakwah ialah sasaran, penerima, khalayak, jama’ah, pembaca, pendengar,
pemirsa, audience, komunikan yang menerima dakwah Islam. Obyek dakwah
adalah amat luas, ia adalah masyarakat yang beraneka ragam latar belakang dan
kedudukannya.

 

Dengan
mengetahui klasifikasi obyek dakwah, memudahkan bagi da’i melakukan penyesuaian
dalam penyampaian isi pesan dakwahnya, tergantung permasalahan kehidupan yang
dihadapi masyarakat, sehingga dakwah dapat menyentuh langsung di hati obyek
(sasaran) dakwah. Seperti misal, Jika yang menjadi obyek dakwah adalah
kebanyakan golongan petani, makai diberikan penjelasan bagaimana cara bertani
yang baik sehingga hasil pertaniannya meningkat dan bagaimana peningkatan
tersebut sekaligus merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah.

 

Kondisi umat Islam saat ini
bisa dikatakan “jauh dari Al Qur’an” sebagai petunjuk dari segala segi
kehidupannya. Misalnya, maraknya gerakan radikalisme yang mengatasnamakan
Islam, hal ini terjadi karena gerakan dakwah yang kelompok ini lakukan tidak
berdasar pada Al Qur’an itu sendiri. Padahal
Al-qur’an
mempunyai banyak keistimewaan, baik dari segi keindahan bahasanya, susunan
ayat, munasabah antara ayat satu dengan yang lainnya dan juga antar surat,
serta penggunaan term dan kandungan maknanya.

Jika
umat Islam kembali berpedoman pada Al Qur’an maka tidak aka nada namanya
gerakan radikalisme mengatasnamakan Islam, gerakan dakwah yang bertentangan
dengan Islam, misalnya dengan cara kekerasan baik dengan sesama Islam maupun
umat selain Islam.

 

Dalam
Islam, berdakwah seharusnya
digunakan dengan cara-cara saling menasehati dan sebagainya namun tidak dengan cercaan yang
bisa mengakibatkan permusuhan dan kehancuran, Islam adalah agama yang
berlandasankan pada kedamaian dan kasih sayang.

 

Contoh
di zaman Nabi Muhammad SAW,
ada seorang Badui datang saat Nabi dan para sahabatnya sedang duduk di masjid, kemudian Badui tersebut mengencingi
salah satu bagian dari masjid maka para sahab
at
pun mencercanya namun dikarenakan Nabi telah dianugerahkan dengan sifat
Al-Hikmah
,
Nabi menyuruh sahabat mengambilkan satu ember air untuk
menyiram bekas kencing si Badui itu, lalu Rasulullah memanggil Badui tersebut
dan berkata sesungguhnya masjid-masjid tidaklah layak di
dalamnya
ada sesuatu gangguan atau kotoran karena masjid itu untuk shalat dan membaca
Al-Qur’an.

 

Dakwah
yang diperlihatkan Nabi tersebut menggunakan metode
bi
al- Hikmah, Metode Mau’izah Hasanah dan Metode Mujadalah yang semuanya
memberikan manfaat dalam cepatnya Islam tersebar.

 

Metode
hikmah, yaitu cara berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran
dakwah sesuai dengan kemampun mereka dalam mengambil keputusan yang tepat yang
berlandasakan rasa dan pengetahuan mendalam.

 

Sedangkan
mau’idzoh hasanah adalah berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat sesuai
ajaran Islam dengan kasih sayang sehingga apa yang di sampaikan dapat menyentuh
hati mereka. Selanjutnya mujadalah adalah metode dakwah dengan cara bertukar
pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya serta memberikan tekanan
dan tidak saling menjatohkan satu sama lain. Untuk mencari titik temu atau
solisi guna disepakati bersama.

 

Prinsip-prinsip
metode dakwah Nabi seperti dalam Al Qur’an surah An Nahl ayat 125 adalah
sebagai berikut :

 

1)         
Bahwa
Nabi selalu menggunakan kata-kata santun dalam menyampaikan ajarannya dan
memberikan peringatan bagi orang yang mengingkarinya.

 

Hal ini sesuai
dengan Hadits Nabi Muhammad SAW :

Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan
menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya
(HR. Abu Dawud).

 

Hadits
ini menjelaskan bahwa kelembutan akan menjadi penghias bagi sesuatu, sedangkan
hilangnya kelembutan membuat suatu perkara menjadi tidak lagi indah. Di antara
perkara yang membutuhkan kelembuatan adalah dakwah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah contoh terbaik dalam berdakwah, beliaulah manusia yang
memiliki kelembutan kepada setiap orang yang didakwahinya.

 

Hari ini
banyak di antara manusia yang menolak dakwah Islam, salah satu sebabnya adalah
hilangnya kelembutan dalam dakwah tersebut. Islam ibarat mutiara sedangkan
kelembutan adalah bak bungkusnya. Ketika bungkusnya tak lagi indah dan kotor,
maka jangan pernah berharap manusia mau membukanya. Membuka saja tidak, apalagi
menerima mutiara yang ada di dalamnya. Seseorang ketika berdakwah hendaknya
memperhatikan akhlak yang mulia ini, janganlah ia sampai gegabah dan bertindak
kasar dalam dakwahnya.

 

2)         
Menggunakan
Ilmu yang dipelajarinya dari Al-Qur’an untuk mendakwahi orang
-orang sekitarnya.

 

Ditinjau
dari segi bahasa
Al-Qur’an berasal dari 
bahasa arab bentuk dari isim masdhar yaitu qara’a – yaqra’u  – qur’anan. Sedangkan menurut istilah
Al-Qur’an yaitu kalam kalam allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw lewat perantara malaikat jibril yang diturunkan secara
mutawatir yang dimulai dari surat al-fatihah dan di akhiri surat an-nas yang
dimana pembacanya dinilai ibadah kepada Allah SWT.

 

Terdapat
banyak dalil baik dari Al-Qur’an dan Hadits tentang keutamaan untuk mempelajari
Al-Qur’an. salah satunya adalah hadis yang sudah masyhur di telinga kita, yaitu
“sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Mungkin
semua dari kita sudah sering mengengar sabda Nabi diatas, yaitu orang yang
paling mulia adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu kemudian
mengajarkannya. Orang yang mempelajari Al-Qur’an tentu akan mendapatkan kemuliaan
dalam hidupnya, entah itu dari sisi duniawi atau ukhrawi.

 

Al-Qur’an,
sebagai kitab suci. Adalah panutan dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Yang
mana, Al-Qur’an ini diturunkan sebagai arahan bagi mereka yang ingin hidup
sebagai manusia Robbany. Kandungan isi Al-Quran merupakan pedoman hidup dan
petunjuk bagi umat manusia untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan
keridhaan Allah.

3)         
Berlaku
Toleransi terhadap orang-orang yang berpegang p
ada
kitab terdahulu namun tidak berlebihan.

 

Islam
mengedepankan sikap toleransi. Namun toleransi dalam Islam memiliki batasannya
yaitu aqidah, yang merupakan hal sangat prinsipil bagi muslim sejati. Prinsip
ini harus dipertahankan, karena aqidah adalah harga mati yang tidak boleh tawar
menawar.

 

4)         
Memberikan pemahaman dan
penjelasan logis terhadap pengertian dari ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an.

 

Logis
maksudnya adalah sesuatu yang bisa diterima oleh akal dan yang sesuai dengan
logika atau benar menurut penalaran. Dengan kata lain logis dapat dikatakan
sebagai sebuah pola atau cara berpikir seseorang terhadap suatu hal.

 

Menurut
M. Quraish Shihab. Akal juga digunakan untuk memperhatikan dan menganalisis
sesuatu guna mengetahui rahasia-rahasia yang terpendam untuk memperoleh
kesimpulan ilmiah dan hikmah yang dapat ditarik dari analisis tersebut. Kerja
akal di sini membuahkan ilmu pengetahuan sekaligus perolehan hikmah yang
mengantar pemiliknya mengetahui dan mengamalkan apa yang diketahuinya. Ini
dinamai al’aql al-mudrik, yakni akal penjangkau (pengetahuan).

 

E.    
Penutup

Allah
SWT telah memerintahkan Rasulullah S.A.W dan juga ummat Islam secara
keseluruhan  menempuh cara berdakwah atau menyampaikan pengajaran dengan
cara yang baik. Baik dengan
bi al- Hikmah, Metode
Mau’izah Hasanah dan Metode Mujadalah
.

Salah
satu faktor yang menyebabkan keberhasilan suatu kegiatan dakwah adalah karena
menggunakan metode yang efektif. Hakikat metode dakwah adalah suatu cara untuk
dipakai berdakwah dalam menyampaikan materi dakwah (ajaran agama Islam). Suatu
pesan walaupun baik tetapi yang di sampaikan dengan metode-metode yang tidak
benar, pesan itu bisa di tolak oleh sipenerima pesan. Metode yang tepat dan
benar dapat di pastikan akan menarik perhatian objek dakwah dan pada gilirannya
akan membuahkan komunikasi yang efektif.