
Rekan pembaca yang menekuni city farming, mana
suaranya?? Pertanian fashionable kini kian relevan. Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan drastis dalam bertani. Maka, tidak bisa tidak, pertanian di masa depan harus mengikuti perkembangan
teknologi.
Degradasi Tanah
Pengembangan pertanian fashionable atau fashionable
farming mengalami kemajuan pesat. Salah satunya berkat pemanfaatan
digitalisasi dalam proses budidaya, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, hingga
pengolahan pascapanen. Teknologi Pertanian Berbasis Virtual juga meliputi penerapan
manajemen fashionable secara berkelanjutan dalam usaha pertanian.
Namun, tantangannya adalah, mayoritas petani
berusia tua yang tidak begitu paham teknologi, secara spesifik, teknologi pertanian.
Wakil Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) Ir. Subandriyo
mengungkapkan, jumlah petani di Indonesia yang berusia antara 20-35 tahun hanya sekitar 8 persen. Selebihnya adalah
petani yang sudah cukup berumur yang menggunakan teknologi secara turun
temurun dan dikembangkan dari sedikit demi sedikit.
Untuk itu, diharapkan pengembangan teknologi pertanian
berbasis virtual dapat menarik minat generasi milenial menjadi petani.
“Sistem virtual diharapkan menarik generasi muda
masuk di bidang pertanian. Kita harus berpikir bertani juga berbisnis, karena
di bidang pertanian kita juga memperoleh kesejahteraan memadai yang tidak kalah
dengan sektor-sektor lain,” ujar Subandriyo dalam konferensi pers menjelang SEMINAR AGROTEK 2021
“Strategi Pengembangan Teknologi Pertanian Berbasis Virtual Sebagai Upaya
Mendukung Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan Nasional”, Sabtu 27 November 2021, Aula Prof. Dr. Bahder Djohan
Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta.
Apalagi berbagai masalah klasik di bidang pertanian
membutuhkan peran generasi muda berinovasi dalam teknologi pertanian berbasis
virtual. Pak Subandriyo yang juga MPr PUSPINEBT ICMI memaparkan, lebih dari 72
persen okayualitas tanah di Indonesia sudah terdegradasi. Karena itu, kita berharap
ada keberpihakan Pemerintah menangani masalah tanah di Indonesia agar tercapai swasembada
pangan. Masalah lain yang sering terjadi, petani-petani
kesulitan menjual hasil panen dan produksi. Maka perlu kebijakan yang
memihak kesejahteraan petani agar makin banyak yang berminat menekuni pertanian.

Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta
Prof. Dr. Musni Umar, SH., M.Si., Ph.D., dalam sambutannya, mengajak hadirin terutama Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ikut berperan menyelamatkan masa
depan pertanian Indonesia.
“Mahasiswa harus perbaiki. Saatnya berpihak
pada petani dengan strategi pengembangan teknologi pertanian berbasis virtual. Mahasiswa
harus ahli menggunakan virtual,” tandasnya.
Salah satu inovasi teknologi pertanian berbasis virtual berupa pemasangan alat sensor tanah dan cuaca yang mampu mencakup luasan lahan hingga 40 ha. Alat sensor itu terintegrasi dengan aplikasi di ponsel untuk memberikan informasi secara realtime mengenai kondisi tingkat keasaman tanah dan air serta prediksi cuaca di ekosistem sekitar.
Merespons gagasan Wakil Ketua MAPORINA, Prof.
Musni sepakat bahwa pertanian harus menjadi sentra bisnis produksi. Para petani
harus berbisnis dengan memproduksi barang
berkualitas serta menjualnya di dalam negeri dan luar negeri. Prof. Musni juga mendorong kebijakan Pemerintah yang berpihak pada petani
dengan tidak ketergantungan terhadap impor. Kita lebih suka membeli dari
luar negeri okayenviornment ada komisi.
Direktur Perlindungan/Plt Direktur Pembenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI Dr. Mohammad Takdir Mulyadi memberikan sambutan dan membuka Seminar Agrotek 2021 secara resmi.
Hadir juga sebagai narasumber Seminar
Agrotek 2021, baik secara tatap muka maupun on-line antara lain; Ketua
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Los angeles Nyalla Mahmud Mattalitti, Guru
Besar Universitas Diponegoro Semarang/MPr PUSPINEBT ICMI Prof. Dr. Muhammad
Nur, DEA, Komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Tetty DS. Ariyanto, M.Par, Pendiri/ Pengelola BMT
Bina Ummat Sejahtera (BMT BUS) KH. Abdullah Yazid, dan Direktur Pusat Pengkajian Inovasi Nuklir dan Energi Baru Terbarukan (PUSPINEBT) ICMI Irwanuddin H.I.Kulla.