Lalu ia kembali ke mobil dan mengambil sebuah bingkisan, untuk diberikan kepada pria itu sebagai oleh-oleh (hadiah) untuk perjalanannya. Menerima bingkisan itu, seketika pria itu mengucap “Alhamdulillah” dan meneteskan air mata.
Kejadian ini, menurutnya dapat menjadi pengingat bahwa tidak sedikit umat muslim yang mau berjuang dalam perjalanan (jalan kaki) menuju ke Mekkah dengan dipenuhi keikhlasan dalam hatinya.
Di lain kisah, pengalaman haji Presiden Soekarno selama menunaikan ibadahnya di Mekkah. Suatu ketika, ia pun sampai di hadapan Rhaudah, ia berlutut di depan makam Rasulullah dan memanjatkan do’a-do’a tanpa sanggup menahan isakan tangis. Itu pun terjadi dalam pengalaman Bung Hatta ketika ia berhaji ke tanah suci.
Begitulah kiranya isi hati umat muslim, yang penuh cinta dan keikhlasan dalam berangkat memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci. Sebuah tempat yang sangat berbeda dari tempat-tempat ziarah lain seperti masjid Sevila, Kordova, Alhambra, dan tempat-tempat indah dan ‘keramat’ lain di berbagai belahan bumi.
Kerinduan hati umat muslim hanya tertaut ke tanah suci Mekkah dan Madinah, yang setiap sudut kota dipenuh dengan hidayah.
Bagaimana pun juga setelah mereka sampai ke tanah air. Dalam ingatan umat muslim masih lengkap terbayang thawaf mengitari Ka’bah, mengambil air di sumur zam-zam, shalat di makam Ibrahim AS, mencium hajar aswad, wuquf di Arafah di dalam ribuan tenda dan melantunkan dzikir dan doa, bersama berjuta umat muslim sedunia,