Tifa Tour Medan



Suami, Antara Dua Kekeliruan Tifa Tour Medan

PERCERAIAN

Kita mengetahui konsekuensi dari perceraian ini: tercerai-berainya keluarga dan tersia-siakannya anak. Parahnya akibat yang ditimbulkan oleh sebuah perceraian sehingga membuat ikatan keluarga menjadi terurai ini adalah target utama iblis. Hal ini sebagaimana dikabarkan oleh dalam sabda Rasulullah;

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah (kerusakan) yang ditimbulkannya. Salah seorang dari mereka datang seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.”

Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang yang lain seraya berkata, “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim)

PROBLEMA SUAMI ISTRI

Akibat yang jelas dari munculnya problem dalam rumah tangga adalah keluarga tidak bisa menjadi tempat pengasuhan dan pendidikan yang baik bagi generasi yang lahir di tengah-tengahnya. Sikap suami dalam dua keadaan yang berlawanan ini adalah dosa yang akan dituntut di hadapan Allah karena Rasulullah bersabda;

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya… Dan suami adalah pemimpin atas keluarganya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat an-Nasai disebutkan bahwa Rasulullah bersabda;

“Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya, apakah dia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya. Sampai-sampai seorang suami pun akan ditanyai tentang keluarganya.” (Disahihkan oleh al-Imam al-Albani dalam ash Shahihah no. 1636)

Bukankah seorang suami berkewajiban menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka, sebagai pengamalan dari firman Allah;

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (at-Tahrim: 6)

Dari sinilah kita memahami, bahwa sikap yang patut dari seorang suami adalah ia menjalankan fungsinya sebagai qawwam di tengah keluarganya.

Hendaknya ia memuliakan istrinya dengan memberikan hak-haknya. Ia juga hendaknya memberikan pengajaran aturan-aturan syariat, hukum Allah Ta’ala, dan Sunnah Rasul-Nya kepada sang istri secara langsung ataupun lewat perantara, karena suami bertanggung jawab untuk menyelamatkan istri dan anak keturunannya dari api jahanam.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.